Pemuda Didorong Wujudkan Kedaulatan Kesehatan Bangsa di Momentum Sumpah Pemuda
KEDIRI, Celurit.News — Momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober menjadi refleksi penting bagi generasi muda Indonesia untuk tidak hanya bersatu dalam semangat kebangsaan, tetapi juga berperan aktif mewujudkan kedaulatan bangsa di bidang kesehatan.
Hal itu disampaikan Ketua Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) Provinsi Jawa Timur, Bagus Romadhon, dalam pernyataannya memperingati Hari Sumpah Pemuda,(28/10/2025).
Menurut Bagus, semangat Sumpah Pemuda 1928 harus diterjemahkan secara nyata sesuai tantangan zaman. Jika pemuda dahulu berjuang merebut kemerdekaan politik, maka generasi saat ini harus memperjuangkan kemerdekaan kesehatan nasional yakni kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan medisnya sendiri.
“Kedaulatan kesehatan adalah bentuk kemerdekaan baru bagi bangsa Indonesia. Kita harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, memproduksi alat medis, obat, dan vaksin tanpa ketergantungan pada negara lain,” ujar Bagus Romadhon di Surabaya.
Ia menilai, pandemi COVID-19 menjadi pelajaran besar tentang lemahnya ketahanan sistem kesehatan nasional. Indonesia, kata dia, masih sangat bergantung pada impor alat kesehatan dan bahan baku obat. Padahal, dengan dukungan riset dan kebijakan yang berpihak pada produksi dalam negeri, sebagian besar kebutuhan kesehatan sebenarnya dapat dipenuhi sendiri.
“Kita tidak bisa bicara kedaulatan bangsa kalau urusan dasar seperti kesehatan masih impor. Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal martabat dan harga diri bangsa,” tegasnya.
Bagus menekankan, peran pemuda kini sangat strategis dalam membangun kemandirian sektor kesehatan. Gerakan jaringan relawan kesehatan di berbagai daerah, termasuk di Jawa Timur, menurutnya telah menjadi bukti nyata peran anak muda—tidak hanya mendampingi pasien miskin, tetapi juga mengadvokasi pelayanan BPJS dan mengedukasi publik tentang hak atas kesehatan.
Selain di lapangan, generasi muda juga berkontribusi melalui inovasi teknologi medis, aplikasi layanan kesehatan, serta penelitian bioteknologi. Langkah-langkah tersebut, ujar Bagus, merupakan bentuk baru semangat Sumpah Pemuda: mengubah semangat persatuan menjadi kekuatan inovasi dan solidaritas sosial.
“Sumpah Pemuda harus dimaknai ulang. Dulu mereka bersatu melawan penjajahan politik, kini pemuda harus bersatu melawan ketergantungan dan ketimpangan dalam sistem kesehatan,” ucapnya.
Bagus menegaskan, perjuangan untuk kedaulatan kesehatan bukan berarti menutup diri dari kerja sama internasional, melainkan memastikan Indonesia memiliki kendali atas kebijakan dan produksi kesehatan nasional. Dengan demikian, rakyat tidak lagi hanya menjadi konsumen, tetapi juga pelaku aktif dalam sistem kesehatan global.
“Kita harus bisa memproduksi kebutuhan medis sendiri, memperkuat riset dalam negeri, dan menjadikan kesehatan sebagai hak, bukan barang mewah. Itulah makna baru dari kemerdekaan,” tuturnya menutup.
Momentum Sumpah Pemuda, lanjutnya, harus menjadi refleksi agar generasi muda tak sekadar bangga pada sejarah 1928, tetapi juga berani menulis sejarah baru.
“Kalau dulu mereka bersumpah satu tanah air dan satu bangsa, sekarang saatnya kita bersumpah untuk satu tubuh yang sehat dan satu bangsa yang berdaulat,” ujarnya.
Editor : Khoirul Anam