Terancam Runtuh, Sarana Panjat Tebing Sampang Dibiarkan Berkarat Pemerintah Daerah Diduga Lalai Lindungi Atlet

Penulis : -
Terancam Runtuh, Sarana Panjat Tebing Sampang Dibiarkan Berkarat Pemerintah Daerah Diduga Lalai Lindungi Atlet
foto: Red Sarana Panjat Tebing Sampang Dibiarkan Berkarat

SAMPANG | Celurit.news– Pemerintah Kabupaten Sampang kembali disorot. Fasilitas olahraga panjat tebing yang dikelola Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) dibiarkan membusuk tanpa perawatan. Besi penyangga yang karatan kini berubah menjadi ancaman nyata bagi keselamatan para atlet. Tragisnya, di tengah sorotan ini, pemerintah justru berdalih keterbatasan anggaran.

Pantauan di lokasi menunjukkan kondisi sarana panjat tebing yang memprihatinkan. Besi-besi utama yang menopang arena sudah dipenuhi karat tebal, sebagian mulai rapuh dan mengelupas. Namun hingga kini, tak sepeserpun anggaran pemeliharaan digelontorkan.

“Sama sekali tidak pernah dirawat. Besi sudah karatan, dan ini bisa mencelakai atlet kapan saja. Kalau sampai ada korban, siapa yang tanggung jawab” tegas Mahardika Surya Arbianto, Ketua FPTI Sampang, Kamis (22/05/2025).

Ia menilai pemerintah daerah telah lalai menjalankan tanggung jawab terhadap keselamatan atlet. “Kami bukan minta fasilitas mewah. Kami hanya minta hak dasar: keselamatan,” tandasnya.

Saat dikonfirmasi, Kepala Disporabudpar Kabupaten Sampang, Marnilem, mengakui bahwa pihaknya telah mengusulkan anggaran pemeliharaan ke pemerintah daerah. Namun usulan tersebut ditolak tanpa penjelasan teknis.

“Sudah kita ajukan, tapi untuk tahun ini tidak disetujui. Harapan kami, tahun depan bisa dialokasikan kalau PAD meningkat,” ujar Marnilem datar, seolah menormalisasi pembiaran terhadap potensi kecelakaan.

Pernyataan ini justru mengundang tanya: apakah nyawa atlet hanya akan dihargai jika Pendapatan Asli Daerah (PAD) naik

Ironi semakin dalam ketika Kabid Pemuda dan Olahraga, Isma Ulfah, membeberkan rincian anggaran bidangnya. Dari total Rp 260 juta dana yang tersedia, Rp 200 juta hanya untuk honor petugas kebersihan, Rp 30 juta untuk operasional, dan hanya Rp 30 juta untuk pemeliharaan. Lebih memilukan, anggaran pemeliharaan itu pun hanya digunakan untuk membeli sapu dan lampu.

“Tidak ada untuk pengecatan besi atau perbaikan struktur panjat tebing,” aku Isma.

Minimnya perhatian terhadap sarana olahraga yang berisiko tinggi ini mengindikasikan lemahnya komitmen Pemkab Sampang terhadap pembinaan atlet. Jika pembiaran ini berujung pada insiden tragis, maka pemerintah daerah patut diduga melakukan kelalaian administratif dan moral.

Lalu, ke mana arah prioritas anggaran selama ini Mengapa anggaran belanja rutin lebih besar dari upaya menyelamatkan nyawa atlet muda Sampang

Jika tidak segera diperbaiki, bukan hanya fasilitas yang runtuh kepercayaan publik terhadap pemerintah juga akan ikut ambruk.

 

Editor : Redaksi