SAMPANG, Celurit.news – Fasilitas kesehatan yang seharusnya menjadi tempat masyarakat mendapatkan pelayanan ramah justru berubah menjadi sumber kekecewaan. Puskesmas Banjar, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, kini tengah disorot akibat dugaan buruknya pelayanan yang diberikan petugas kepada warga.
Sejumlah pengunjung mengaku kecewa berat dengan sikap petugas, khususnya di bagian pendaftaran. Mereka menilai pelayanan yang diberikan tidak hanya lamban, tetapi juga dibarengi dengan sikap arogan yang jauh dari etika pelayanan publik.
Alih-alih dilayani dengan tutur kata santun, warga justru mendapat perlakuan kasar. Laporan yang diterima Celurit.news menyebutkan, petugas kerap melotot, berbicara dengan nada tinggi, hingga melemparkan berkas pasien. Tindakan tersebut jelas mencoreng wajah pelayanan kesehatan di tingkat dasar.
Rofi, seorang aktivis sosial asal Sampang, mengaku sangat kecewa dengan pengalaman buruknya di puskesmas tersebut. Saat hendak mengurus perpanjangan surat rujukan untuk keluarganya, ia justru mendapat perlakuan tidak pantas dari petugas.
“Awalnya saya antre dengan tertib. Tapi saat giliran saya tiba, petugas malah melayani dengan nada tinggi sambil melotot. Bahkan Kartu Keluarga yang saya serahkan dilempar begitu saja ke arah saya. Ini benar-benar penghinaan,” ungkapnya, Selasa (26/08/2025).
Menurut Rofi, peristiwa tersebut bukan hanya soal dirinya, tetapi juga cerminan buruknya budaya pelayanan di Puskesmas Banjar. “Kalau saya saja diperlakukan seperti ini, bagaimana dengan warga desa lain yang mungkin tidak berani bicara? Puskesmas ini seakan lupa bahwa tugas mereka adalah melayani, bukan memarahi,” tegasnya.
Kekecewaan itu membuat Rofi berencana mengajukan audiensi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang. Ia menilai, persoalan ini harus segera mendapat perhatian serius agar tidak terulang dan merugikan masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan.
“Ini bukan sekadar masalah kecil. Kalau petugas puskesmas saja tidak mampu bersikap ramah, maka masyarakat akan kehilangan kepercayaan pada layanan kesehatan pemerintah. Saya akan mendesak Dinkes untuk menindak tegas,” tambahnya.
Sayangnya, ketika dikonfirmasi via telepon, Kepala Puskesmas Banjar Kedungdung, dr. Nery Meilika, enggan memberikan keterangan. Ia hanya meminta pihak yang berkepentingan untuk datang langsung ke kantornya, tanpa menjawab substansi dugaan buruknya pelayanan.
Sikap bungkam itu justru semakin memperkuat dugaan bahwa Puskesmas Banjar enggan membuka diri terhadap kritik masyarakat. Padahal, keterbukaan dan evaluasi seharusnya menjadi bagian dari upaya perbaikan pelayanan publik.
Buruknya pelayanan di Puskesmas Banjar bukan kali ini saja terdengar. Warga setempat sudah lama mengeluhkan sikap petugas yang dinilai angkuh dan tidak bersahabat. Namun, keluhan itu seolah tidak pernah ditindaklanjuti secara serius oleh pihak terkait.
Masyarakat pun mendesak pemerintah daerah, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, untuk segera turun tangan. Tanpa langkah tegas, dikhawatirkan kepercayaan publik terhadap pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas semakin tergerus.
Puskesmas seharusnya menjadi garda terdepan pelayanan kesehatan yang ramah, cepat, dan profesional. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya: warga yang datang untuk mencari pertolongan justru pulang dengan rasa sakit hati.
Editor : Redaksi