Kepala SMKN 1 Kota Kediri Diduga Bawa Celurit Mainan, Dikecam Praktisi Pendidikan

KOTA KEDIRI || Celurit.news – Dunia pendidikan kembali tercoreng. Sebuah video yang memperlihatkan pria diduga Kepala SMKN 1 Kota Kediri, Edy Suroto, S.Pd., M.M., membawa benda menyerupai celurit, viral di media sosial. Video tersebut disertai narasi provokatif bertuliskan, “Iki ta seng jare dipresekusi diancam”, lengkap dengan tagar #kalahkarocahSMK dan #jarediANCAM.
Aksi ini memantik reaksi keras dari publik, khususnya kalangan praktisi pendidikan. Banyak pihak menilai tindakan tersebut mencoreng citra pendidik dan menciptakan preseden buruk di lingkungan sekolah.
Meski ada pihak yang mengklaim bahwa celurit tersebut hanyalah mainan, namun hal ini tidak lantas membenarkan aksi sang kepala sekolah. Tim Hukum DetikZone.id dalam pernyataan resminya menegaskan bahwa tindakan membawa benda menyerupai senjata, meski mainan sekalipun, adalah bentuk kelalaian yang tidak bisa ditoleransi dalam dunia pendidikan.
"Seorang guru, apalagi kepala sekolah, seharusnya menjadi panutan. Membawa celurit mainan ke sekolah adalah bentuk ketidakprofesionalan dan mencederai nilai-nilai pendidikan," tegas Tim Hukum DetikZone.id, Rabu (11/06/2025).
5 Alasan Mengapa Tindakan Ini Tidak Layak:
- Mengganggu Rasa Aman
Celurit, meski tiruan, tetap identik dengan kekerasan. Kehadirannya di sekolah bisa menimbulkan kecemasan dan rasa tidak nyaman bagi siswa maupun tenaga pengajar.
- Berpotensi Ditiru Siswa
Kepala sekolah adalah figur teladan. Aksi ini bisa dianggap sebagai contoh buruk, yang memicu siswa untuk melakukan hal serupa.
- Melanggar Norma dan Aturan Sekolah
Mayoritas sekolah secara tegas melarang benda yang menyerupai senjata masuk ke lingkungan pendidikan.

- Tidak Profesional dan Tidak Etis
Tindakan ini memperlihatkan lemahnya integritas seorang pemimpin lembaga pendidikan dalam menjaga citra dan etika profesi.
- Menimbulkan Dampak Psikologis
Beberapa siswa, khususnya yang memiliki trauma atau ketakutan terhadap kekerasan, bisa terganggu secara mental akibat kehadiran benda semacam itu.
Pakar pendidikan menekankan pentingnya regulasi dan pengawasan yang lebih ketat terhadap perilaku pendidik, baik di dalam maupun luar ruang kelas. Dalam konteks pendidikan karakter, tindakan seperti ini justru mengikis kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan.
"Jika pun digunakan untuk kepentingan edukatif seperti drama atau pentas seni, penggunaannya harus melalui izin resmi dan pengawasan ketat," ujar salah satu akademisi yang enggan disebut namanya.
Rdaksi Celurit.news menilai peristiwa ini sebagai pelajaran penting. Dunia pendidikan harus kembali pada marwahnya: menjunjung keselamatan, keteladanan, dan profesionalisme. Tanpa itu, pendidikan hanya akan jadi panggung simbolik tanpa nilai.
Editor : Redaksi