MWC NU Sokobanah Sampang Kecam Pemberitaan Diskriminatif TV Trans7: “Pesantren Adalah Benteng Moral Bangsa”

Reporter : Alex supriadi
Ketua MWC NU Sokobanah, Ustaz Jumali Fadli (tengah), didampingi para pengurus saat membacakan pernyataan sikap resmi menolak pemberitaan diskriminatif terhadap pesantren oleh TV Trans7 ( Foto : celurit.news)

SAMPANG, Celurit.news — Gelombang keprihatinan datang dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) di Madura. Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Sokobanah, Kabupaten Sampang, secara resmi menyampaikan pernyataan sikap keras terhadap pemberitaan TV Trans7 yang dinilai mengandung unsur diskriminatif terhadap dunia pesantren, khususnya terhadap Pondok Pesantren Lirboyo.

Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Ketua MWC NU Sokobanah, Ustaz Jumali Fadli, didampingi sejumlah pengurus dan kader NU di Sokobanah, dalam forum resmi yang digelar di kantor MWC NU, Selasa malam (15/10/2025).

Baca juga: Santri Malang Gelar Aksi Damai di Balai Kota, Tuntut Pencabutan Izin Trans7

Dalam pernyataannya, Ustaz Jumali menegaskan bahwa MWC NU Sokobanah menolak segala bentuk pemberitaan yang merendahkan martabat pesantren dan santri. Ia menilai, konten yang disiarkan TV Trans7 baru-baru ini bukan hanya melukai perasaan umat Islam, tetapi juga mencederai nilai-nilai keadilan jurnalistik.

“Kami meminta TV Trans7 untuk segera menarik dan menghapus seluruh konten yang berisi narasi diskriminatif terhadap pesantren. Ini bukan sekadar soal berita atau konten, tapi soal kehormatan lembaga pendidikan Islam yang telah berkontribusi besar terhadap bangsa,” tegasnya.

Lebih lanjut, pihaknya mendesak Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk turun tangan menindak dugaan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dilakukan oleh media tersebut.

“Kami berharap Dewan Pers dan KPI segera melakukan evaluasi dan menegakkan sanksi tegas agar hal serupa tidak terulang. Media seharusnya menjadi pencerah, bukan peruncing stigma terhadap dunia pesantren,” tambahnya.

MWC NU Sokobanah juga mengajak seluruh elemen santri, masyarakat pesantren, dan ormas Islam untuk bersatu menjaga marwah pesantren dari segala bentuk upaya pelemahan moral dan distorsi publik yang dilakukan melalui media.

Baca juga: MWC NU Sokobanah Gelar Maulid Nabi dan Peringati Hari Santri Nasional 2025: Mengawal Indonesia Menuju Peradaban Dunia

Menurutnya, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga benteng moral bangsa yang menanamkan nilai kejujuran, toleransi, dan cinta tanah air. Karena itu, setiap bentuk pemberitaan yang menstigmatisasi pesantren dianggap sebagai serangan terhadap karakter bangsa.

“Kami mengingatkan, jangan pernah menyepelekan dunia pesantren. Dari pesantrenlah lahir para ulama, tokoh bangsa, dan pejuang kemerdekaan yang tulus mengabdi tanpa pamrih. Pesantren adalah denyut nadi peradaban Islam Indonesia,” ujarnya penuh haru.

Sebagai bentuk protes moral, MWC NU Sokobanah menyerukan boikot terhadap TV Trans7 hingga pihak media tersebut menyampaikan permintaan maaf terbuka dan melakukan klarifikasi secara resmi kepada publik.

Baca juga: Viral! Ibu-Ibu di Pamekasan Ngamuk Saat Toko Disita Bea Cukai, Sebut Nama “Haji Her” di Depan Petugas

Selain itu, mereka juga menegaskan pentingnya pengawasan publik terhadap media massa, agar kebebasan pers tidak dijadikan dalih untuk melakukan pelanggaran etik yang bisa melukai kelompok masyarakat tertentu.

Di akhir pernyataannya, Ustaz Jumali menegaskan bahwa MWC NU Sokobanah akan terus berdiri di garis depan membela kehormatan pesantren dan para santri. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tetap menebar kedamaian dan melawan fitnah dengan ilmu dan akhlak.

“Kami bukan anti kritik, tapi kami menolak ketidakadilan. Mari kita jaga pesantren, karena dari pesantrenlah lahir bangsa yang beradab dan beriman,” pungkasnya.

Editor : Redaksi

breaking News
Terpopuler
Berita Terbaru