100 Hari Kinerja Bupati Sampang Tak Memuaskan: Akses Pendidikan dan Fasilitas Sekolah Jadi Sorotan

Reporter : Imron Muslim
Slamet Junaidi Bupati Sampang Dua Periode. (Foto: Istimewa)

SAMPANG, Celurit.News – Hasil survei terbaru yang dirilis Academic & Social Studies (Access) menunjukkan potret buram kinerja 100 hari pertama Bupati Slamet Junaidi dan Wakil Bupati Ahmad Mahfudz. Survei ini secara khusus menyasar generasi muda usia 17-30 tahun di Kabupaten Sampang dan mengungkap berbagai persoalan krusial yang dinilai belum tersentuh secara optimal oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang.

Dari 101 responden yang terlibat, mayoritas menyampaikan ketidakpuasan terhadap berbagai aspek pelayanan publik, terutama di sektor pendidikan. Direktur Eksekutif Access, Mashud, menjelaskan bahwa pendidikan menjadi isu utama yang mendesak untuk segera dibenahi.

Baca juga: Fasilitas Tak Layak Dana Tak Transparan, KONI Sampang Disorot Keras di Ajang Porprov Jatim 2025

“Kualitas pendidikan, akses, fasilitas sekolah, hingga nasib guru honorer dan guru ngaji menjadi keluhan utama responden,” jelasnya dalam pemaparan hasil survei, Rabu (25/6/2025).

Sorotan tajam tertuju pada akses pendidikan, di mana 61,4% responden menyatakan bahwa pemerintah daerah masih kurang atau sangat tidak mendukung upaya pemerataan pendidikan, khususnya di daerah terpencil. Sedangkan untuk fasilitas sekolah, 67,3% responden menilai masih belum memadai. Data ini menggambarkan kegagalan Pemkab dalam memastikan layanan pendidikan yang layak dan merata.

Terkait kinerja Bupati dan Wakil Bupati, hanya 31,7% yang menyatakan puas, sedangkan sisanya menunjukkan ketidakpuasan, bahkan sebagian menyatakan sangat tidak puas (9,9%). Ironisnya, meski tingkat kepuasan rendah, mayoritas responden (70,3%) tetap meyakini bahwa Bupati dan Wakil Bupati memiliki kemampuan memimpin. Hal ini menandakan adanya kepercayaan yang belum diimbangi dengan realisasi kerja nyata.

Dalam aspek pelaksanaan demokrasi, sebanyak 63,4% responden merasa kurang atau sama sekali tidak puas. Kondisi ini diperparah oleh penilaian terhadap situasi politik daerah, yang oleh 51,5% responden dinilai buruk atau sangat buruk. Ini mencerminkan rendahnya kepercayaan generasi muda terhadap iklim demokrasi dan stabilitas politik di Sampang.

Baca juga: Ruang Lyna dan Klinik Mata Sampang Gelar Bakti Sosial Pemeriksaan Mata Gratis di Ketapang Daya

Responden juga mengeluhkan infrastruktur pertanian yang dianggap tidak mendukung oleh 65,4%responden. Kondisi ekonomi daerah dinilai “buruk” hingga “sangat buruk” oleh hampir 40%responden, dan hanya 8,9% yang melihat kondisi ekonomi “sangat baik”. Hal ini menegaskan bahwa pembangunan ekonomi belum dirasakan secara merata, terutama oleh kelompok usia produktif.

Untuk fasilitas kesehatan dan tenaga medis, meski ada penilaian positif, masih terdapat sekitar 30% responden yang merasa pelayanan belum optimal. Di bidang pengurusan administrasi, sebanyak 43,6% memang mengaku kemudahan, namun masih ada 43,6% lainnya yang menganggap pengurusan dokumen belum berjalan mudah. Sementara itu, aspek keamanan dinilai cukup positif oleh sebagian besar responden, meskipun tetap ada kelompok yang merasa sebaliknya.

Mashud menegaskan, hasil survei ini seharusnya menjadi cermin bagi Pemkab Sampang.

Baca juga: Munculnya Buaya Muara Hebohkan Pantai Trapang Sampang

“Isu pendidikan, ekonomi, infrastruktur, hingga sampah dan layanan dasar menunjukkan bahwa masyarakat menanti perubahan nyata. Bukan hanya janji,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa kritik dari generasi muda ini bukan sekadar bentuk ketidakpuasan, tetapi harapan akan hadirnya kepemimpinan yang lebih responsif, partisipatif, dan berpihak pada kebutuhan rakyat.

Survei Access menjadi alarm bagi Pemkab Sampang untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh. Dalam 100 hari pertama, kekecewaan masyarakat, khususnya generasi muda, telah terekam jelas. Jika tidak ada perbaikan nyata dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin kepercayaan yang tersisa akan benar-benar sirna.

Editor : Redaksi

Breaking News
Terpopuler
Berita Terbaru