SAMPANG || Celurit.News - Pagi hari yang tenang di Desa Ketapang Daya, di bawah langit Jumat Legi yang syahdu, gema doa dan senyum anak-anak yatim menyatu dalam sebuah peristiwa penuh makna.
Sebuah kegiatan yang lahir dari hati dan kasih sayang, bukan dari protokoler dan formalitas—itulah yang setiap Jumat Legi digelar oleh Kepala Desa Ketapang Daya, Moch Wijdan, bersama dr Chica Herlina sang istri tercinta.
Baca juga: Diversi Tak Berbuah Damai, Proses Hukum Dua Anak di Sampang Berlanjut
Bertempat di kediaman sang kepala desa yang berjuluk Prabu Sakti, sekitar 70 anak yatim dari berbagai penjuru desa berkumpul. Dengan langkah-langkah kecil penuh harap, mereka datang dan disambut bukan hanya dengan bingkisan dan uang santunan, melainkan juga dengan pelukan kepedulian dan tatapan kasih dari sang pemimpin desa.
Acara berlangsung penuh khidmat. Doa-doa dilantunkan, bukan sekadar untuk memohon keberkahan, tetapi juga untuk menautkan rasa, membasuh luka, dan menguatkan harapan. Tidak ada panggung mewah, tidak ada sorotan kamera—hanya kesederhanaan yang jujur dan niat yang tulus.
Kegiatan ini telah berjalan rutin selama beberapa bulan terakhir. Bukan karena kewajiban, tetapi karena panggilan hati. Ia menjadi ruang sunyi tempat kasih dan kepedulian tumbuh, menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan di tengah geliat pembangunan fisik desa.
Dalam kesederhanaan acara, Kepala Desa Ketapang Daya, Moch Wijdan, menyampaikan ungkapan hati yang penuh kelembutan.
Baca juga: Kusnadi Bantah Isu Penculikan: Pergi ke Madura untuk Pengobatan dan Hindari Lebaran Sendirian
“Kami percaya, anak-anak yatim adalah titipan Tuhan yang mulia. Mereka bukan hanya butuh bantuan, tetapi juga butuh kasih dan pelukan perhatian," kata pria yang akrab disapa Bun Wid.
Bun Wid juga menceritakan bahwa santunan yang ia gelar tidak luput dari dukungan isteri dan keluarga besarnya.
"Alhamdulillah, dengan dukungan istri yang menjadi penggerak utama, kegiatan ini bisa kami laksanakan secara rutin. Semoga ini menjadi cahaya kecil yang menerangi langkah kami semua menuju desa yang beradab dan penuh cinta," terang Moch Wijdan.
Baca juga: Misteri Hilangnya Mantan Ketua DPRD Jatim: Diculik Orang Tak Dikenal, Ditemukan Linglung di Madura
Masyarakat Ketapang Daya menyambut kegiatan ini dengan antusias dan haru. Mereka menyadari bahwa pembangunan sejati tidak hanya soal infrastruktur dan angka-angka, melainkan juga tentang menumbuhkan empati, gotong-royong, dan kasih sayang kepada sesama.
Di tengah dunia yang serba cepat dan keras, Desa Ketapang Daya menghadirkan jeda—tempat di mana cinta, kepedulian, dan kemanusiaan terus dijaga.
Editor : Imron Muslim